Yahya YOUTH


GP Yahya??

GERAKAN PEMUDA (GP)
GP GPIB baru terbentuk pada 15 Juli 1950. Melalui pembentukan Dewan Pemuda yang mengkoordiinasi kegiatan-kegiatan pelayanan pemuda dan sekolah minggu.(dan akhirnya sekarang disebut dengan BPK GERAKAN PEMUDA)

VISI: MISI BPK GP GPIB
Menjadikan Pemuda GPIB yang Misioner – dalam hal :
1. Benteng Iman / Spiritualitas
2. Sosialisasi (Program)
3. Wawasan Kebangsaan Global (Oikumene Gereja-Gereja)
4. Kader Gerja dan masyarakat
5. Pembinaan yang tepat guna
GP GPIB Yahya
Gerakan Pemuda GPIB Yahya merupakan salah satu Badan Pelayanan Kategorial (BPK) GPIB Jemaat Yahya sebagai wadah pembinaan warga GPIB yang berusia 18-35 tahun.

Susunan Pengurus GP GPIB Yahya periode 2007-2012:
Ketua: Samuel C Pantou
Wakil Ketua: Robin Sitorus
Sekretaris: Elfa Karwur
Bendahara: Silviarani S.
Bid. Imaji: Yunita Sinaga
Bid. Pel. Kes.: Yohanes Sitorus
Bid. Med. Info.: Alwin Tairas

Kegiatan Rutin: Ibadah GP: Setiap Sabtu jam 17.00
Latihan Paduan Suara GP: Setiap Minggu jam 12.00
Penerbitan Buletin Misioner: Sebulan sekali di pertengahan bulan

Anggota GP GPIB Yahya adalah seluruh pemuda pemudi yang merupakan anggota jemaat GPIB Yahya dan berumur 18-35 tahun.
strikeitalicbold

misc
Kritik dan Saran

ShoutMix chat widget

friends
Channel GP
GP Yahya Facebook
GP Yahya Friendster

thanks
© * étoile filante
inspiration/colours: mintyapple
icons: cablelines
reference: x / x

past
November 2007
Juni 2008
September 2008
Juni 2009
Juli 2009
title: Behind the book: Apakah Alkitab Dapat Dipercaya?
date: Jumat, 13 Juni 2008
time:6/13/2008 03:36:00 AM

Buku yang merupakan salah satu bagian dari Seri Mutiara Iman penerbit Yayasan Gloria ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita seputar Alkitab. Terdiri dari 64 halaman dan mengulas dengan ringkas namun sangat jelas dan mudah dipahami buku ini dihadirkan untuk menunjukkan wibawa Alkitab yang telah teruji dari waktu ke waktu. Sehingga pembaca diharapkan punya pemahaman yang baru tentang Alkitab. Selain mengupas alasan mengapa kita dapat mempercayai Alkitab , buku ini juga mengulas tentang keberatan-keberatan terhadap Alkitab dan bagaimana terjadinya Alkitab .

Salah satu point penting yang perlu kita catat untuk memahami Alkitab adalah mempercayai bahwa Akitab berasal dari Allah dan Allah telah memberikannya kepada kita. Dengan demikian hal ini akan memudahkan kita memahami pengertian-pengertian yang dijelaskan Alkitab sehingga menuntun kita untuk mempercayai isinya. Keseluruhan isi Alkitab terjalin dalam satu kesatuan isi dan seluruhnya mengarah pada pemberitaan dan pengajaran tentang Yesus Kristus serta keselamatan yang dianugerahkan-Nya kepadamanusia.

Pada bagian penutup buku ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan dua hal. Yang pertama, bagi kita selaku orang Kristen, sudahkah kita mempercayai Alkitab dengan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua bagi mereka yang belum menjadi orang Kristen putuskanlah apakah anda akan menerima ajarannya tentang Allah, Yesus Kristus dan keselamatan atau menolaknya.
(BS )

*Tulisan ini dimuat di buletin Misioner GP GPIB Yahya edisi Juni 2008

Label:



comment? / top


title: Testimonial
date:
time:6/13/2008 03:32:00 AM

Pertama kali gabung di paduan suara GP, yang pertama kali muncul dalam hati dan pikiranku adalah, "Kok gini ya??" (he..he..). Untuk temen-temen GP sih udah pada kenal, jadi nggak ada masalah. Yang bikin heran adalah latihan menyanyinya. Awal harus pemanasan terlebih dahulu, baru kemudian masuk ke latihan lagunya. Bahkan untuk pertama kalinya, aku harus mempelajari not dan ketukan dalam sebuah lagu!!

Terus terang, ini merupakan pelajaran yang sangat berharga buat aku. Pengetahuan dan kemampuan untuk menyanyikan sebuah lagu dengan baik, mulai bertambah sedikit demi sedikit seiring berlalunya waktu dan sudah 2 bulan lebih aku ikut berlatih.

Ini semua juga tak lepas dari bantuan temen-temen GP yang cantik-cantik and cakep-cakep (ce'ileee!!), khususnya buat Taufan sang pelatih! Mereka mau membagikan kelebihan mereka untuk memacu yang lain termasuk aku, bisa menjadi lebih baik lagi. Baik itu melalui saran, kritik, maupun ajaran-ajaran yang diberikan...

Saat yang paling memuaskan adalah saat bisa menampilkan atau menyanyikan lagu yang sudah kami latih beberapa kali, di depan umum atau jemaat. Apalagi jika hasil yang kami berikan baik dan memuaskan, benar-benar tak dapat dilukiskan dengan kata-kata!!

Akhir kata, aku cuma mau mengucap syukur pada Yesus Kristus, karena telah mempertemukanku dengan kalian (Wakakaka..... Tapi beneran nieh!!). Selain memperoleh teman-teman dan sahabat-sahabat baru, aku juga mendapat pengetahuan, wawasan, dan sejenisnya bersama kalian...

Jadi, buat siapa aja yang pengen ikut merasakan seperti yang aku rasakan, ikut aja latihannya tiap hari Senin jam 19.00 teng!! Dijamin nggak bakal nyesel kalau kalian memang punya keinginan untuk memuliakan nama Yesus melalui puji-pujian! Buruan!!

(W)

*Tulisan ini dimuat di buletin Misioner GP GPIB Yahya edisi Juni 2008

Label:



comment? / top


title: Tetaplah berdoa ( I Tesalonika 5 : 17 )
date:
time:6/13/2008 03:27:00 AM

Guys. pernah ga kita kepikiran mengapa sih kita harus berdoa? Bukankah Allah itu Mahatau? Atau masihkah ada gunanya doa, ketika kita belum juga melihat apa-apa? Mungkin masih banyak pertanyaan senada yang muncul dipikiran kita, namun rasanya terlalu naif jika kemudian kita merasa bahwa doa itu ga ada gunanya.

Yang pasti sangatlah perlu untuk tetap berdoa , bahkan Yesuspun berdoa. Bukan sekedar untuk memohon pertolongan Tuhan namun juga untuk menjaga komunikasi kita dengan Tuhan. Lagipula diluar Tuhan sia-sialah segala pekerjaan kita.Tuhan senang kalau kita bisa akrab dengan-Nya. Sebagian kita mungkin merasa sulit berdoa, namun sesungguhnya kita boleh berbicara dengan Tuhan seakrab kita bicara dengan orangtua ataupun sahabat kita. Jangan khawatir Allah selalu punya cara dan waktu sendiri dalam menjawab doa-doa kita, kerjakan saja apa yang menjadi bagian kita selebihnya serahkan pada Ia yang empunya kuasa. Ok?

So mari berdoa untuk:

  1. Persekutuan GP GPIB Yahya. Seluruh anggota dan Pengurus boleh bersatu dalam pelayanan demi Kemuliaan Tuhan.
  2. Bersyukur untuk program yang sudah berjalan, buletin Misioner yang bisa kembali hadir tepat waktu.
  3. Gereja- gereja di Indonesia, khususnya GPIB Yahya tempat kita melayani dan dilayani saat ini.
  4. Renovasi gedung gereja Anamartha
  5. Mereka yang sakit, sedang berdukacita atau yang berbeban berat.
  6. Negara kita tercinta RI, seluruh permasalahan baik ekonomi, sosial dan politik kiranya dapat kita atasi dengan baik.

Nah selamat berdoa, sobat sekalian boleh juga menambahkan topik doa yang sobat pikir perlu untuk didoakan… keep praying yach !

Shaloom

(BS)

*Tulisan ini dimuat di buletin Misioner GP GPIB Yahya edisi Juni 2008

Label:



comment? / top


title: Otoritas/Kewibawaan Alkitab
date:
time:6/13/2008 03:13:00 AM

Apa buku paling laris dalam sejarah penerbitan hingga sekarang? Bukan seri Harry Potter, bukan pula buku merah kecil kumpulan kata-kata Mao Tse Dong, apalagi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Hingga saat ini, gelar terhormat itu dipegang oleh Alkitab. Tentu saja, tak semua pembeli dan pembacanya punya pandangan positif atas Alkitab, apalagi memandangnya berwibawa. Penulis sendiri punya tak sedikit kenalan orang non-Kristen yang punya dan membaca Alkitab, bahkan dalam bahasa asli seperti Yunani Koine. Selain itu, ada banyak di sini kita melihat ada beberapa sikap: dari yang begitu meninggikan Alkitab, hingga yang hanya menganggapnya literatur purba belaka, atau bahkan yang menganggapnya sampah.

Karena itu, pembeda antara anak-anak Tuhan masa kini dengan dunia bukanlah sekadar punya dan baca Alkitab, tapi sikapnya terhadap Alkitab itu. Orang Kristen mengenal frasa "otoritas Alkitab", seperti yang lazim dipakai kalangan Injili, atau "kewibawaan Alkitab" di kalangan gereja-gereja arus utama seperti GPIB. Dalam hal sikap kepada Alkitab, konsep inilah yang jadi pembeda orang Kristen dari para pembaca Alkitab lainnya. Dalam tulisan ini, frasa "otoritas Alkitab" akan digunakan bergantian dengan frasa "kewibawaan Alkitab."

Sayang sekali, kata “otoritas” ataupun “wibawa” dipahami secara negatif: sesuatu yang berotoritas berarti sesuatu itu punya hak untuk mengatur, atau jadi acuan dalam mengatur, memerintah, memberi komando, melarang, menentukan batas, dst. Bahkan, jika sesuatu itu berupa buku/tulisan, maka buku yang berotoritas itu kerap dipersepsi terdiri dari aturan, larangan, perintah, dan juga informasi pengetahuan doctrinal dsb. Karena itu, sikap si pembaca buku berotoritas itu mestinya sederhana saja: taati, lakukan, laksanakan, pelajari, hafalkan dst. Karena Alkitab berotoritas, maka Alkitab yang adalah firman Allah itu mesti pula ditaati, dilakukan, dilaksanakan, dipelajari, dihafal, diingat, dipelajari dll. Tak jarang ada anggapan orang Kristen yang baik harus seperti pengacara yang hafal dan siap mengucapkan di luar kepala peraturan-peraturan yang ada.

Konsep ini jelas tak memadai dan justru TIDAK alkitabiah. Alkitab BUKAN kitab yang isinya melulu perintah ataupun doktrin. Alkitab justru lebih banyak disusun oleh cerita-cerita, mulai dari kitab-kitab seperti Kejadian, Yosua, 1 Raja-raja, hingga Injil Matius, Kisah Para Rasul, dan bahkan Wahyu. Bahkan dalam kelima kitab Taurat pun yang namanya cerita itu tak kalah banyak dari nas hukum-hukum. Selain narasi, ada pula berbagai genre atau jenis sastra lain yang juga bukan perintah/aturan, misalnya silsilah, rincian jumlah suku, ujaran-ujaran hikmat, nyanyian-nyanyian, dan bahkan syair-syair cinta dalam Kidung Agung. Kalimat-kalimat seperti "Kiranya ia mencium aku dengan kecupan!" (Kid. 1:2), "Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri" (Mat. 27:5), dst. jelas bukan perintah, juga bukan ajaran doktrin. Ada pula kalimat-kalimat perintah atau nasihat yang justru tak membuat kita segera melaksanakannya dengan sigap, tapi justru bertanya-tanya, seperti: "Membuat banyak buku takkan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan" (Pkh. 12:12), padahal orang Kristen terkenal sebagai kalangan yang produktif menerbitkan buku. Contoh lain, bagaimana pula orang Kristen bisa bersikap dua ayat ini "Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya,/ supaya jangan engkau menjadi sama dengan dia./ Jawablah orang bebal menurut kebodohannya,/ supaya jangan ia menganggap dirinya bijak." (Ams. 26:4-5).

Fakta bahwa Alkitab pun mengandung cerita, kidung, nasihat, permenungan, dan bukan sekadar ajaran doktrinal, ajaran praktis, hukum-hukum kultis, hukum-hukum etis, dll. membuat kita bertanya, bagaimana sebenarnya kita menyikapi Alkitab sebagai orang Kristen. Soal ini bisa dipecah ke dalam dua pertanyaan: (1) Apa sebenarnya arti otoritas atau kewibawaan Alkitab, dan (2) bagaimana cara membaca Alkitab sebagai firman yang berotoritas itu?

Konsep kewibawaan Alkitab kerap menimbulkan pemahaman salah kaprah, seakan-akan otoritas itu bisa dibuktikan dari dalam Alkitab itu sendiri. Pemahaman keliru ini menimbulkan dua ekstrim, ekstrim yang satu sibuk mencoba membuktikan secara “ilmiah” otoritas Alkitab dengan memaksa-maksakan agar Alkitab sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern, ekstrim yang lain justru menyerah dan menyatakan Alkitab tak berwibawa karena “pasti” tak sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Keduanya justru tidak alkitabiah, karena di seantero Alkitab dinyatakan bahwa suatu firman, hukum, nubuat, cerita, perenungan, berotoritas bagi umat karena Allah sendirilah yang berotoritas. Alkitab dikatakan berotoritas, karena pemegang otoritas satu-satunya adalah Allah itu sendiri. Alkitab berotoritas hanya karena Allah menyatakan kehendak, janji, dan kebenaran-Nya melalui Alkitab.

Karena itu, Alkitab berotoritas bukan karena isinya sesuai dengan ilmu pengetahuan, misalnya, sebab Allah memang tak pernah bermaksud memberi mata kuliah teori awal mula semesta melalui Kejadian 1-3, misalnya. Tapi keliru juga jika kita katakan bahwa Alkitab tak berotoritas karena teori awal mula semesta alam yang ilmiah rupa-rupanya tak ada dalam Kejadian 1-3. Alkitab berotoritas karena Allah memakainya sebagai kitab yang berotoritas, demi tujuan khususnya; dan tujuan-Nya itu tak bisa diwujudkan melalui buku-buku lain.

Karena itu, Alkitab kita terima sebagai buku yang berwibawa karena Allah berkehendak menyatakan diri-Nya melalui pengisahan relasi-Nya dengan umat-Nya. Kisah itu jadi acuan dan gambaran bagi kita sebagai umat-Nya kini dalam berelasi dan hidup memenuhi kehendak-Nya. Seperti Allah berelasi dengan Israel, seperti Allah berelasi dengan gereja mula-mula, demikian pula Allah berelasi dengan kita sekarang.

Berdasarkan pemahaman ini, pertanyaan kedua bisa kita jawab. Ketika kita membaca Alkitab, tugas utama kita sewaktu membaca Alkitab adalah memperoleh gambaran bagaimana Allah berelasi dengan umat-Nya, dan menarik pemahaman teologis melalui cara menafsir yang bertanggung jawab, bagaimana relasi yang dikehendaki Allah dengan kita sekarang. Ketika kita membaca nas-nas Taurat, misalnya, kita tak dipanggil untuk pergi ke Bait Allah, menyerahkan domba kepada imam untuk disembelih dan dipersembahkan sebagai kurban bakaran, melakukan sunat, mengikuti aturan Sabat, walau itulah yang dilakukan Israel. Kita dipanggil untuk merenungkan relasi seperti apa yang diwujudkan melalui perintah-perintah Taurat itu, dan menarik pemahaman teologis tentang relasi yang diinginkan Allah dengan kita, umat-Nya saat ini, dalam terang Karya keselamatan Yesus Kristus.

Kewibawaan Alkitab, atau otoritas Alkitab, sesungguhnya merupakan ajaran yang indah. Disebut indah, karena melaluinya kita sadar, bahwa yang punya otoritas satu-satunya bukan huruf-huruf mati yang tercetak dalam halaman-halaman Alkitab kita, tapi Allah yang hidup itu sendiri, yang berkehendak untuk berelasi dengan kita, sebagaimana Ia berelasi dengan umat-Nya dari dulu hingga sekarang.

(JP)

*Tulisan ini dimuat di buletin Misioner GP GPIB Yahya edisi Juni 2008

Label:



comment? / top


title: Back To The Bible
date:
time:6/13/2008 01:33:00 AM

Alkitab....

Alkitab merupakan buku yang paling luar biasa. Bukan hanya dari sisi rohani, tapi dari berbagai sisi. Contohnya, sampai pada akhir 2006 Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam 2.426 bahasa! (sumber dari situs LAI: http://www.alkitab.or.id/content/view/15/49/). Bahkan ada ratusan juta eksemplar disebarkan atau dijual setiap tahunnya. Tidak ada satu bukupun yang mampu mengalahkannya. Davinci Code, Harry Potter sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan buku yang terdiri dari 66 kitab ini. Di antara 2.426 bahasa terdapat satu bahasa yang kita gunakan setiap hari, bahasa kita tercinta, bahasa Indonesia. Suatu hal yang harus kita syukuri, karena ternyata di seluruh dunia total terdapat 6.912 bahasa (http://www.vision2025.org/index.html), jadi masih ada 4.486 (6.912-2.426) bahasa yang belum pernah “disentuh” oleh Alkitab. Bersyukur karena Indonesia sudah “disentuh” oleh Alkitab. Tapi sudahkah kita bangsa Indonesia benar-benar “disentuh” oleh Alkitab?

Situs Lembaga Alkitab Indonesia menyebutkan bahwa sejak pertama LAI berdiri sampai akhir tahun 2007 angka penyebaran Alkitab dan Perjanjian Baru mencapai 17.946.100 eksemplar untuk Alkitab dan 22.002.483 eksemplar untuk Testament. Jadi, selama 53 tahun LAI berdiri baru 17.946.100 Alkitab yang tersebar. Menurut data 2006, bahwa orang Kristen kini berjumlah sekitar 12,5% dari 238 juta penduduk Indonesia atau kurang lebih ada 30 juta warga Negara Indonesia yang beragama Kristen. 30 juta banding 17 juta, tidak sebanding bukan? Sekali lagi hal ini juga adalah sebuah hal yang harus kita syukuri, karena dari 17 juta lebih Alkitab yang pernah didistribusikan, ternyata terdapat satu atau lebih yang sampai ke rumah di mana kita tinggal. Paling tidak hal itu yang saya dapatkan melalui sebuah kuisioner yang saya sebarkan kepada 20 orang pemuda-pemudi GPIB Yahya. Dari 20 orang ini, 10 orang diantaranya mengaku memiliki lebih dari 5 buah alkitab di rumahnya, 9 orang di antaranya mengaku memiliki 2-5 Alkitab di rumahnya, dan hanya 1 orang yang mengaku hanya memiliki 1 buah Alkitab. Kita harus bersyukur, paling tidak di setiap rumah paling sedikit ada 1 buah Alkitab yang “menyentuh” pemuda-pemuda GPIB Yahya. Tapi sudahkan kita pemuda-pemuda GPIB Yahya benar-benar “disentuh” oleh Alkitab?







Paulus pernah menulis sebuah kalimat, begini bunyinya: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”. Kalimat tersebut dikutip dari Alkitab, Roma 1:16. Paulus memiliki keyakinan yang kokoh dalam Injil, keyakinan yang tidak tergoncangkan. Keyakinan yang harus kita miliki juga sebagai pemuda-pemudi Kristen. Salah satu pertanyaan yang disebarkan dalam kuisioner pemuda GPIB Yahya mengenai Alkitab adalah, “Apakah anda percaya bahwa Alkitab berisi 100% kebenaran?” dan dari 20 orang pengisi kuisioner, kesemuanya menjawab “Ya”. Ini adalah awal yang sungguh baik. Karena kita tidak akan bisa menikmati kuasa Allah tanpa mempercayai Alkitab. Seperti yang Paulus katakan, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Tidak ada orang yang bisa diselamatkan tanpa pernah mempercayai Injil Firman Tuhan melalui Alkitab. Tapi sudahkah, kita benar-benar mempercayai Alkitab di dalam keseluruhan hidup kita?

Kita semua pasti pernah mendengar pepatah, “Tak kenal, maka tak sayang”. Ya, saya setuju dengan pepatah tersebut, tidak mungkin kita bisa menyayangi sesuatu tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Sudahkah kita mengenal Alkitab kita? Kita mengaku percaya terhadap Alkitab, namun sudahkah kita benar-benar mengenalnya, atau minimal mau berusaha untuk mengenalnya? Kuisioner pemuda GPIB Yahya mengenai Alkitab memperlihatkan dari bahwa terdapat 30 % dari keseluruhan responden yang pernah membaca keseluruhan bagian dari Alkitab. 30 % dari responden juga mengaku bahwa mereka dalam seminggu membuka dan membaca Alkitab lebih dari 6 kali. Hal ini adalah suatu teladan yang harus kita ikuti, kita harus berusaha mengenal Alkitab lebih lagi, dengan membaca seluruh bagiannya, dan membacanya setiap hari secara kontinu. Jika kita ingin iman kita bertumbuh, dan hidup kita berbuah, tidak ada cara lain selain berakar kepada Firman Tuhan. Untuk mengenal lebih lagi, kita juga perlu mengetahui sejarah Alkitab, bagaimana terbentuknya, siapa penulisnya. Hasil kuisioner menunjukkan terdapat 25 % dari responden mengaku mengetahui sejarah Alkitab. Semakin kita mengerti dan mengetahui tentang Alkitab, dapat dipastikan kita akan semakin mengenal Tuhan, dan iman kita dikuatkan.





















Kita saat ini berada di sebuah generasi di mana Alkitab semakin disudutkan dan semakin tidak popular. Kegiatan-kegiatan untuk berusaha mengenal Alkitab kita bukan menjadi prioritas hidup. Bahkan lebih sedihnya lagi, di gereja-gereja pun terkadang kegiatan yang “berbau” Alkitab sudah dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Kegiatan yang “berbau” hiburan atau entertainment serta hal-hal yang populer lebih diutamakan dan lebih disukai. Efeknya…? Ya bisa dilihat seperti apa dunia saat ini, rekan-rekan pemuda bisa nilai sendiri.

Dalam kehidupan sehari-haripun Alkitab sudah mulai tersingkir. Di televisi misalnya, begitu banyak tawaran-tawaran untuk para pemirsa yang menginginkan solusi-solusi, konsultasi, namun bukan solusi yang berdasarkan firman, tapi lebih ke hal-hal yang berbau tahayul. Contohnya sms zodiac, atau bahkan Ki Joko Bodo pun tak kalah dalam mempromosikan dirinya di televisi. Tinggal sms, maka kita akan bahagia, menemukan jodoh, dan lain-lainnya. Begitu banyak janji kebahagiaan. Alkitab semakin ditinggalkan. Manusia bahkan orang Kristen lebih banyak memilih yang lain sebagai tempatnya bergantung. Manusia lebih sering mengandalkan sesama manusia untuk memberikan jawaban. Misalnya ketika kita ada masalah percintaan atau masalah kehidupan lainnya, di manakah kita mencari solusi? Di Alkitabkah? Atau di tempat lain? Alkitab sebenarnya bukan hanya tempat solusi, tapi Alkitab adalah Injil kekuatan Allah yang menyelamatkan!! Seperti Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup ini bukan hanya dari roti saja, tetapi dari Firman Tuhan.

Kita memang sudah begitu lama menjauh dari Alkitab. Dan sudah saatnya kita kembali dari perjalanan kita yang panjang dan tidak jelas arahnya. Kembali untuk lebih mengenal Alkitab, kembali untuk setia merenungkannya, kembali untuk mau merenungkannya siang dan malam. Maukah pemuda-pemudi GPIB Yahya kembali ke Alkitab? Let’s go back to The Bible!!

(SCP)

*Tulisan ini dimuat di buletin Misioner GP GPIB Yahya edisi Juni 2008

Label:



comment? / top